Sunday, July 29, 2012

Seorang "Janda" yang sudah 3 kali kawin-cerai periksa di dokter kandungan. Waktu dokter mau periksa dalam, terjadi percakapan.

Janda : "Hati-hati periksanya ya dok, saya masih 'perawan' lho ...!"

Dokter: "Lho? Katanya ibu sudah kawin-cerai 3 kali, mana bisa masih perawan ...?"

Janda : "Gini lho dok, eks suami saya yang pertama ternyata impoten."

Dokter: "Oh gitu, tapi suami ibu yang ke-2 gak impoten kan?"

Janda : "Betul dok, cuma dia gay, jadi saya gak diapa-apain sama dia."

Dokter: "Lalu suami ibu yang ke-3 gak impoten dan bukan gay kan?"

Janda : "Betul dok, tapi ternyata dia itu orang 'partai politik'...."

Dokter: "Lalu apa hubungannya dengan keperawanan ibu ...?"

Janda : "Dia cuma janji-janji saja dok, 'gak pernah direalisasikan!!!"

Dokter: "?!?!?!?!????"
Sepulang dari supermarket seorang anak bertanya pada ibunya:

Anak : "Bu, Ibu tau nggak, apa bedanya batu baterai dan Banci?"

Ibu : "Hus, sudah jelas beda dong."

Anak : "Iya... di mana bedanya?"

Ibu (Setelah mencoba berfikir namun gagal) akhirnya berkata : "Nggak tau ah!"

Anak (sambil tersenyum-senyum) : "Kalau batu baterai tahan lama sedangkan kalau banci 'mana tahan la yauow'..."
Si Badrun sudah tak sabar untuk mengutarakan keinginannya untuk kawin kepada bapaknya. Memang bapaknya terkenal orang yang kasar dan waktu mudanya doyan kawin. Ia takut bapaknya tidak setuju. Suatu hari ia beranikan diri untuk mengutarakannya

Badrun : "Pak, ehm... Bapak, saya mau segera kawin!"

Bapak : "Iya, dengan siapa?"

Badrun : "Dengan cewek dari Bali."

Bapak : "Apa? Apa kamu tidak tahu Bapakmu ini 7 tahun di Bali. Jangan-jangan nanti kau malah kawin dengan saudaramu sendri! Itukan dosa tahu!! Cari yang lain saja!"

3 Bulan kemudian...

Badrun : "Pak, kali ini tidak dari Bali tapi dari Kalimantan. Gimana Pak, boleh?"

Bapak : "Wah mati aku, Bapak malah 10 tahun disana. Jangan-jangan... ah nggak usah!"

Badrun : "Yaaa... Ah tapi nggak apa-apa. Saya punya kenalan dari Jakarta. Setuju nggak?"

Bapak : "We ladalah! Perlu kamu tahu le. Bapak ini malah 13 tahun di Jakarta terus akhirnya ketemu ibumu. Besar kemungkinannya nanti kau kawin dengan saudaramu sendiri."

Badrun kesal minta ampun. Dengan putus asa ia berkata kepada ibunya.

Badrun : "Bu, saya nggak habis pikir kenapa bapak menghalangi saya kawin dengan cewek Bali, Kalimantan, atau Jakarta. Khawatirnya dapat saudara sendiri."

Ibu : "Sudahlah, Drun. Kalau menurut ibu, terserah kamu mau kawin dengan cewek dari mana saja. Dari Bali, Kalimantan atau Jakarta. Nggak usah khawatir nantinya dapat saudaramu sendiri. Wong kamu ini juga belum tentu anak bapakmu!"

Badrun : "Lho, Ibu...??"
Pak Budi menegur anaknya, "Jono, kenapa kamu tidak bisa seperti Bobi yang nilai ulangannya tidak ada warna merahnya?!"

"Jangan salahkan aku dong, Bobi kan mempunyai ayah yang pintar." Jawab Jono santai.
Beberapa orang Pemburu tengah melepas lelah sambil masing-masing menyombongkan Anjing peliharaan mereka. Karena tahu ada seorang penduduk asli yang ikut mendengarkan, mereka semakin membesar-besarkan cerita.

Pemburu I : "Anjingku ini, sewaktu kusuruh ke toko membeli telur, ia tidak mau kalau telurnya tidak segar. Dia mempunyai hidung yang sungguh luar biasa!"

Pemburu II : "Itu sih belum apa-apa."

Pemburu II : "Anjingku ini, kalau kusuruh membeli rokok, pasti menolak jika rokok itu bukan favoritku. Tidak cuma itu, dia tidak akan merokok sampai tiba di rumah dan kutawari sebatang."

"Begini, Pak Tua," kata seorang yang lain sambil menoleh ke Pak Tua penduduk setempat, "Apakah Anda pernah mendengar Anjing yang sehebat peliharaan kami?"

Pemburu III : "Pernah, sekali-Anjing saudaraku."

Pemburu IV : "Kupikir dia sedikit lebih pandai."

Pemburu II : "Maksudnya?"

"Mmm," sambung Pak Tua, "Anjing itulah yang menjalankan toko tempat Anjing-anjing Anda berbelanja."
Para anggota dewan terhormat mengunjungi sebuah rumah sakit jiwa.

"Bagaimana keadaan kalian?" para angota dewan menanyai pasien.

"Senangkah kalian dengan segalanya disini?"

"Senang sekali!" para pasien itu bersorak serentak.

"Apakah kelakuan kalian baik-baik saja?"

"Baik sekali," ujar seorang pasien.

"Saking baiknya,direktur rumah sakit ini membangun sebuah kolam renang untuk kami, lengkap dengan papan penerjun. Secara bergiliran kami diizinkan menggunakan papan terjun itu. Ketika kelakuan kami semakin baik, direktur berjanji akan mengisi kolam renang itu dengan air bulan depan...."